BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada
dasarnya manajemen itu penting sebab pekerjaan itu berat dan sulit untuk
dikerjakan sendiri sehingga itu perlu pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab
dalam penyelesaiannya. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan
hasil guna semua potensi yang dimiliki. Manajemen selalu dibutuhkan dalam
setiap kerjasama dalam sekelompok orang.
Dalam
kehidupan sehari-hari manajemen sangat diperlukan, baik dalam kehidupan rumah
tangga, organisasi, pendidikan, dan lainnya. Dalam manajemen perlu adanya proses perencanaan,
pengelolaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan melibatkankan
semua anggota lainnya agar tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
maka manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua
usaha dan kegiatan akan sia-sia dan dalam mencapai tujuan akan lebih sulit
diwujudkan.
Dalam
Menajemen diperlukan pula seorang pemimpin yang mampu mengayomi para anggotanya,
sehingga terjalin komunikasi yang baik dalam menajemen tersebut. Jadi setiap
manejer dalam pelaksanaan tugasnya, aktivitasnya, dan keterampilannya untuk
mencapai tujuan harus melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengendalian dengan baik.
B.
Rumusan Masalah
1. Mengapa
manajemen dikatakan sebagai kerjasama orang-orang?
2. Mengapa
adanya manajemen sebagai suatu proses?
3. Mengapa
dalam menajemen pendidikan diperlukan kepemimpinan?
4. Mengapa
komunikasi dalam menajemen pendidikan sangat penting?
5. Mengapa
sering terjadi tantangan dalam menajemen pendidikan?
C.
Tujuan
1. Mahasiswa
mengetahui bahwa manajemen adalah kerjasama
orang-orang
2. Mahasiswa
memahami manajemen sebagai suatu proses
3. Mahasiswa
mengetahui dalam menajemen diperlukan kepemimpinan
4. Mahasiswa
mengetahui adanya komunikasi dalam menajemen itu penting
5. Mahasiswa
mengetahui adanya tantangan dalam menajemen pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN
Seperti telah dijelaskan pada
posting-posting sebelumnya, untuk mempelajari manajemen pendidikan secara utuh
perlu memahami berbagai pendekatan dalam manajemen itu sendiri. Sebagai bahan
dalam mempelajari manajemen pendidikan, secara sederhana kami kemukakan
pendekatan manajemen pendidikan sebagai berikut:
A. Manajemen Adalah Kerjasama
Orang-Orang
Untuk
mencapai tujuan sekolah/organisasi yang telah dirumuskan yang membutuhkan
berbagai keahlian dalam berbagai bidang pendidikan, secara internal sebuah
sekolah yang ingin berkualitas membutuhkan orang-orang yang memiliki keahlian
seperti kepala sekolah sebagai manajer dengan keahliannya sebagai pemimpin, sedangkan
para guru yang memiliki keahlian menejemen kelas yang baik, tenaga bimbingan dan
konseling, ketatausahaan yang memiliki keterampilan dalam sistem manajemen
informasi dan administrasi, guna berbagai kebutuhan data berkenaan kegiatan
sekolah dan yang tidak kalah pentingnnya untuk mengambil keputusan manajer. Perpustakaan
membutuhkan pustakawan yang dapat mengelola perpustakaan secara efektif dan
memberikan kreatifitas untuk menghidupkan suasana perpustakaan agar banyak
dikunjungi siswa dan anggota sekolah lainnya. Petugas laboratorium yang harus
bisa mengelola penggunaan waktu, memelihara serta memanfaatkan alat dengan
berdayaguna. Dalam lingkungan eksternal sekolah yang berhubungan dengan
dunia pendidikan, dan orang tua adalah sebagain stack holder yang mempercayakan putra-putrinya kepada sekolah.
Sekolah
berhubungan dengan pengawas selaku pembina sekolah, kasubdin Dinas Pendidikan
kota/kabupaten dengan berbagai stafnya, Kepala Dinas Provinsi, sampai kepada
menteri pendidikan dengan berbagai bagiannya dan berbagai urusannya. Dengan
demikian manajemen melibatkan banyak orang untuk mencapai tujuan yang
telah dirumuskannya. Orang-orang dari
tingkat menteri sampai ketingkat sekolah (kepala sekolah, guru, dan yang
lainnya)harus memiliki persepsi yang sama dalam melaksanakan kegiatannya, yaitu
mencapai tujuan yang telah disepakati secara efektif dan efisien dengan mutu
yang terjamin.
B. Manajemen adalah suatu proses
Seperti
halnya sebuah pendidikan, manajemen adalah suatu proses, pendekatan ini
menekankan perilaku sebagaimana fungsi manajemen itu sendiri yaitu proses
planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, dan
budgeting.
1.
Manajemen sebagai sebuah sistem
Sebagai sebuah sistem adalah suatu keseluruhan yang
terdiri atas bagian-bagian yang saling berinteraksi dalam suatu proses untuk
mengubah masukan menjadi keluaran. Sistem disini yakni
input-proses-ouput-outcome.
2.
Manajemen sebagai pengelolaan
Jika kita melihat manajemen sebagai pengelolaan akan
terlihat adanya pengaturan atau pengelolaan sumberdaya yang dimiliki dalam
sekolah atau sumberdaya yang harus ada untuk pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Sumberdaya tersebut harus dimanfaatkan seefisien dan seefektif
mungkin.
C. Kepemimpinan Dalam Menajemen
Pendidikan
1. Defenisi
Kepemimpinan
Menurut
Wirawan seperti yang dikutip oleh (Syaiful Sagala, 2006:143), kepemimpinan
berasal dari kata “pemimipin”. Pemimpin ialah: orang yang dikemal oleh
pengikutnya dan berusaha mempengaruhi para pengikutnya untuk meraih tujuan
visinya. Sementara itu, menurut Fred E. Fiedler dalam buku (M.Ngalim
Purwanto,2008:27) mengungkapkan bahwa: pemimpin adalah individu dalam suatu
kelompok yang memberikan tugas pengarahan dan pengoordinasian yang relevan
dengan kegiatan-kegiatan kelompok. Lebih lanjut Syiful Sagala menyatakan,
pemimpin yang efektif adalah: pemimpin yang anggotanya dapat merasakan bahwa kebutuhan
mereka terpenuhi, baik kebutuhan bekerja, motivasi, rekreasi, kebutuhan
sandang, pangan, tempat tinggal maupun kebutuhan lainnya. Sementara itu,
kepemimpinan ialah: sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat
kepribadian, termasuk didalamya kewibawaan untuk dijadikan saran dalam rangka
meyakinkan yang diyakininya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas yang
diberikan dengan penuh semangat serta merasa tidak terpaksa (M.Ngalim Purwanto 2008:26).
2. Sifat-sifat
kepemimpinan
Menurut abdurrahaman,
ada lima sifat pokok kepemimpinan secara umum yaitu:
a. Adil
b. Penuh
inisiatif
c. Penuh
daya tarik
d. Suka
melindungi
e. Penuh
percaya diri
Disamping
itu, ada beberapa sifat yang dibutuhkan dalam kepemimpinan dalam hal
pendidikan. Diantaranya ialah:
1) Rendah
hati dan sederhana
Seorang pemimpin dalam
lembaga pendidikan, hendaknya jangan mempunyai sifat sombong tapi yang
diperlukan adalah banyak bertanya dan mendengarkan dari pada berkata dan
menyuruh. Dan kelebihan yang dimiliki pemimpin hendaknya dipergunakan untuk
membantu anggotanya atau bawahannya sehingga dengan demikian mereka akan merasa
bahwa pemimpinnya selalu dekat dengan mereka dan bisa membantu jika mereka
butuh bantuan.
2) Bersifat
suka menolong
Seorang pemimpin
hendaknya selalu bersedia (menyediakan waktu) untuk mendengarkan
kesulitan-kesulitan yang disampaikan anggotanya. Gunanya adalah untuk
mempertebal kepercayaan anggotanya bahwa ia benar-benar tempat berlidung dan
pembimbing mereka.
3) Sabar
dan memiliki kestabilan emosi
Seorang pemimipin harus
memiliki sifat sabar, jangan lekas merasa kecewa dan memperlihatkan kekecewaannya
dihadapan bawahanya, karena akan sangat mempengaruhi kinerja anggotnya
tersebut.
4) Pecaya
pada diri sendiri
Pemimpin yang percaya
diri dan dapat mengimplikasikannya dalam sikap dan tingkah lakunya maka akan
menimbulkan pula sifat percaya diri pada anggotanya.
5) Jujur,
adil dan dapat dipercaya
6) Keahlian
dalam jabatan
Keahlian dalam jabatan
merupakan, syarat utama dalam kepemimpinan tanpa keahlian seseorang tidak bisa
menjadi pemimpin. Selain keahlian dalam jabatan, pengalaman dan penguasaan
semua macam, pengetahuan yang diperlukan untuk memperoleh dan menambah
kecakapan menjadi pemimpin.
3. Tipe
atau gaya kepemimpinan
a. Kepemimpinan
yang otokratis
Dalam kepemimpinan yang
otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggotanya. Baginya
memimpin adalah menggerakan dan memaksa kelompok. Selain itu, dalam tindakan
dan perbuatanya ia tidak dapat diganggu gugat. Kekuasaan yang berlebihan
seperti ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik, pada anggotanya,
serta menimbulkan sikap “asal bapak senang” terhadap pemimpin dan kecenderungan
untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung.
b. Kepemimpinan
yang laissez faire
Tipe yang seperti ini
diartikan sebagai: membiarkan orang-orang berbuat sekehendaknya. Pemimpin yang
seperti ini sama sekali tidak mengontrol dan tidak memberikan koreksi terhadap
pekerjaan anggotanya. Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan pada anggotanya
tanpa pengaruh atau saran dari pemimpin. Dalam tipe kepemimpinan ini, biasanya
struktur organisasinya tidak jelas dan kabur. Segala kegiatan dilakukan tanpa
rencana dan tanpa pengawasan dari pemimpin.
Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya laissez faire ini, semata-mata disebabkan kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan karena pengaruh dari pemimpinya.
Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya laissez faire ini, semata-mata disebabkan kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan karena pengaruh dari pemimpinya.
c. Kepemimpinan
yang demokratis
Pemimpin yang
demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator. Melainkan
sebagai pemimpin ditengah anggotanya. Hubungan dengan anggota kelompok bukan
seperti buruh dan majikan. Tetapi, melainkan sebagai saudara tua
ditengah-tengah anggotanya. Pemimpin yang demokratis berusaha menstimulasi
anggotanya agar secara kooperatif untuk mencapai visi dan misi lembaganya.
Dalam melaksanakan tugas, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan
saran-saran dari kelompoknya, juga kritikan-kritikan yang membangun. Selain itu
ia juga mempunyai kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri dan menaruh
kepercayaan pula pada anggota-anggotanya.
D. Komunikasi Dalam Menajemen
Pendidikan
Reca
(2010: 2) menungkapkan komunikasi memiliki hubungan yang erat sekali dengan
kepemimpinan, bahkan dapat dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi.
Apalagi diantara syarat seorang pemimpin selain ia harus berilmu, berwawasan
kedepan, ikhlas, tekun, berani, jujur, sehat jasmani dan rohani, ia juga harus
memiliki kemampuan berkomunikasi. Sementara itu, manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasisan, pengarahan dan pengawasan dengan memberdayakan
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen dibutuhkan oleh semua
organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan
akan lebih sulit diwujudkan.
Komunikasi
dalam organisasi adalah komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan pimpinan,
baik dengan para karyawan maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan
organisasi, dalam rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan
dan sasaran organisasi. Proses komunikasi memungkinkan manajer untuk
melaksanakan tugas-tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya
agar mereka mempunyai dasar perencanaan, agar rencana-rencana itu dapat
dilaksanakan.
Pengorganisasian
memerlukan komunikasi dengan bawahan tentang penugasan mereka. Pengarahan
mengharuskan manejer untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompok
dapat tercapai. Oleh karena itu, seorang manajer akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain. Jadi komunikasi
dalam menajemen itu sangat diperlukan karena dengan adanya komunikasi maka
segala sesuatu dapat tercipta dan terlaksana.
E. Tantangan Menajemen Pendidikan
Menurut Ali Idrus,
(2011:4) dunia pendidikan Indonesia, saat ini, setidaknya menghadapi empat
tantangan besar yang kompleks, yaitu:
1. Tantangan
untuk meningkatkan nilai tambah (added value), yaitu: bagaimana meningkatkan
nilai tambah dalam rangka meningkatkan produktivitas, pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi, sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan
yang berkelanjutan.
2. Tantangan
untuk melakukan pengkajian secara komprehensif dan mendalam terhadap terjadinya
transformasi (perubahan) struktur masyarakat, dari masyarakat yang agraris ke
masyarakat industri yang menguasai teknologi dan informasi, yang implikasinya
pada tuntutan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
3. Tantangan
dalam persaingan global yang semakin ketat, yaitu bagaimana meningkatkan daya
saing bangsa dalam meningkatkan karya-karya yang bermutu dan mampu bersaing
sebagai hasil penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Ipteks).
4. Munculnya
kolonialisme politik. Dengan demikian kolonialisme kini tidak lagi berbentuk
fisik, melainkan dalam bentuk informasi. Manajemen pendidikan tidak akan pernah
bisa lepas dari empat tantangan besar yang kompleks ini. Keputusan manajemen
harus mempertimbangkan factor-faktor ini, dan karenanya memahami isu-isu
globalisasi dalam dunia pendidikan menjadi kemestian bagi setiap para pengambil
kebijakan di bidang pendidikan, baik itu di tingkat birokrat-administrator
seperti menteri pendidikan, para kepala dinas, dan para manajer teknis seperti
rektor, dekan, dan para kepala sekolah, dan bahkan para guru yang mengelola
pembelajaran di kelas.